Jumat, 10 Mei 2013

Astronom Temukan Tata Surya Baru Berjarak 127 Tahun Cahaya dari Bimasakti

Para astronom Eropa berhasil menemukan tujuh planet, yang berasal dari sebuah tata surya baru. Sementara jarak tata surya baru itu sekitar 127 tahun cahaya dari gugus Bimasakti.


Jarak tujuh planet baru tersebut dari induk tata suryanya, tak jauh beda dengan jarak antara planet-planet dengan induk Bimasakti. Artinya, sistim tata surya yang menjadi induk planet baru itu, serupa dengan sistim gugus Bimasakti.

"Yang kita temui ini sangat mirip dengan planet ada di tata surya kita," ujar ketua peneliti ESO (Observator bagian selatan Eropa), Dr Christophe Lovis. "Ini penemuan luar biasa, dan membuktikan bahwa kita telah memasuki era riset eksoplanet."

Adapun riset eksoplanet yang dimaksud Lovis adalah studi mengenai sistim planet yang lebih kompleks, dan bukan lagi sistim planet individual.

"Studi atas pergerakan planet di sistim tata surya baru itu mengungkap sebuah fakta tentang bagaimana gravitasi disana, yang sifatnya cukup rumit. Dan darisitu pula, kita dapat memprediksi tentang evolusi jangka panjang tata surya itu," ungkap Lovis.

Induk planet baru itu dinamai HD 10180, yang letaknya membentang di arah selatan dari peta kumpulan bintang Hydrus, sejauh 127 tahun cahaya.

Para astronom menemukan planet itu, setelah secara sabar melakukan studi selama enam tahun, dengan bantuan alat instrumen pencari planet yang disebut HARPS spectograph. HARPS dipasang di teleskop berukuran 3,6 meter milik ESO di La Silla, Chili.

Dari 190 pengukuran HARPS yang dilakukan secara individu, para astronom berhasil mendeteksi goyangan kecil planet akibat sentakan gravitasi di planet baru itu.

Lima sinyal terkuat dari planet baru datang dari planet yang memiliki massa yang nyaris sama dengan Neptunus, atau sekitar 13 hingga 25 kali dari Bumi.

Periode orbit ketujuh planet itu terhadap tata surya mereka, berjarak antara enam hingga 600 hari. Jarak antara planet itu dari tata suryanya ibarat 0,06 - 1,4 kali jarak antara Bumi dengan Matahari.

Lovis menambahkan, pihaknya memprediksi ada dua dari planet lagi yang bakal ditemukan. "Salah satunya memiliki massa 65 kali dari massa Bumi, atau sebesar Saturnus, dengan waktu orbit selama 2.200 hari. Satunya lagi memiliki massa 1,4 kali dari Bumi."

Peneliti Temukan Cara Baru Ukur Usia Planet


Wikimedia Commons
Peneliti punya teknik baru untuk memperkirakan umur sebuah planet. Upaya ini merupakan bagian mencari planet yang dapat dihuni manusia.

Astronom Soren Meibom dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics memimpin sebuah tim yang menentukan kecepatan rotasi sebuah bintang. Dari kecepatan rotasi tersebut, mereka bisa mengukur usia bintang. Dari usia bintang, ilmuwan bisa menerka usia planet yang mengelilinginya.

"Bintang dan planetnya memiliki usia yang sama. Dengan menentukan usia bintang, kita bisa tahu usia planet-planetnya," demikian jelas Meibom kepada American astronomical Society pada saat sebuah pertemuan di Boston hari Minggu lalu.

Bintang yang muda, menurut pengamatan Meibom dan timnya, berputar lebih cepat. bintang-bintang muda juga lebih berbintik yang menyebabkan variasi tingkat keterangan saat berputar. Sementara itu, bintang yang lebih tua berputar lebih lambat dan memiliki bintik yang lebih kecil.

Peneliti menggunakan teleskop Kepler Space milik NASA untuk mengetahui kecepatan rotasi beberapa bintang, termasuk bintang berumur 1 miliar tahun, 2,5 miliar tahun, bahkan 9 miliar tahun.

Salah satu faktor yang diperhatikan dalam menemukan planet yang dapat dihuni adalah usia planet, di samping ukuran dan lokasi. Dari hasil studi, "Jika sebuah bintang dan planetnya berumur sekitar 1 miliar tahun, maka planet hanya dapat menampung kehidupan mikroba primitif," kata Meibom.

Ilmuwan China Temukan Bukti Kecepatan Gravitasi Setara Kecepatan Cahaya


Ilustrasi gravitasi Matahari. Image credit: google
Hari Rabu 26 Desember 2012 lalu, sekelompok ilmuwan China mengumumkan bahwa mereka telah menemukan bukti yang mendukung hipotesis bahwa gravitasi bergerak pada kecepatan cahaya. Bukti tersebut ditemukan saat ilmuwan mengamati pasang surut Bumi. Sebelumnya para ilmuwan mencoba untuk mengukur kecepatan gravitasi selama bertahun-tahun melalui berbagai eksperimen dan pengamatan, namun hanya sedikit hal yang didapat.

Ilmuwan China yang dipimpin oleh Tang Keyun yang merupakan seorang peneliti di Chinese Academy of Sciences (CAS) menggunakan enam pengamatan gerhana Matahari dan Bulan serta pasang surut Bumi menemukan bahwa rumus pasang surut Newtonian behubungan dengan penyebaran gravitasi. "Pasang surut" Bumi mengacu pada perubahan kecil dipermukaan Bumi yang disebabkan oleh gravitasi Bulan dan Matahari.

Berdasarkan data yang diperoleh dari China Earthquake Administration dan Universitas CAS ditemukan bahwa gaya gravitasi dilepaskan dari Matahari dan gaya gravitasi selanjutnya direkam di stasiun pengamatan di dalam Bumi dan diketahui bahwa kecepatan gravitasi tidak berjalan pada kecepatan yang sama. Namun tidak berhenti sampai di situ, ilmuwan melakukan penelitian pada stasiun pengamatan di dekat laut dan ditemukan efek dari pasang surut yang disebabkan oleh gravitasi sangatlah besar. Untuk itu tim ilmuwan melakukan pengamatan di dua stasiun pengamatan yang berbeda yaitu di Tibet dan Xinjian.

Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa kecepatan gravitasi adalah 0.93-1,05 kali kecepatan cahaya dengan kesalahan relatif sekitar 5 persen dan itu menunjukkan bahwa perjalanan atau kecepatan gravitasi bergerak pada kecepatan cahaya.

Temuan tersebut dipublikasikan dalam jurnal online berbahasa Inggris yang diterbitkan oleh German science and technology publishing group Springer.

Selasa, 07 Mei 2013

Hujan Komet Dahsyat Ancam Bumi


Cambridge ? Saat Matahari sekarat dan mati, bintang ini akan meledak. Saat itu ledakan bintang ini akan membakar dan menghujani tata surya dengan komet, tak terkecuali Bumi.

Sekitar lima miliar tahun ke depan, Matahari akan kehabisan hydrogen untuk membakar intinya. Saat itu, bintang ini akan berubah menjadi bintang merah raksasa yang akhirnya meledakkan atmosfernya untuk menyisakan inti serupa bara yang disebut ?white dwarf.

Peneliti University of Cambridge mengatakan, melalui simulasi komputer, tampak pergolakan kematian Matahari akan terasa sejauh dan seluas awan komet pada Ort Cloud yang berada di luar orbit Pluto.

Akibatnya, planet dalam termasuk Bumi akan terbakar selama fase ini. Namun, kini para ilmuwan yakin dampaknya jauh lebih parah. Seiring hilangnya massa Matahari, gravitasi akan berkurang dan perubahan itu bisa melempar obyek yang sedang mengorbit.

Bintang Neuron Meledak Lontarkan Peluru Kosmik


Sebuah objek berbentuk peluru terlihat terlontar keluar dari ledakan sebuah bintang yang mati. ‘Peluru’ itu terekam dalam sebuah gambar yang diambil oleh Chandra, teleskop sinar X luar angkasa milik NASA.

Teleskop itu mengambil gambar ledakan N49, supernova di Large Magellanic Cloud, sebuah galaksi kecil tetangga galaksi Bima Sakti. Peluru kosmik itu tertangkap saat astronom menggunakan Chandra selama 30 jam untuk mendapatkan eksposur yang lama.


'Peluru' yang terlontar akibat ledakan bintang raksasa
Peluru yang menandakan terjadinya sebuah ledakan asimetris bergerak dengan kecepatan sekitar 8 juta kilometer per jam dan meninggalkan sumber titik terang di bagian kiri atas N49. Sumber terang ini disebut juga sebagai soft gamma-ray repeater (SGR), sebuah sumber yang memancarkan sinar gamma dan sinar X.

Dari pengamatan, kemungkinan objek tersebut merupakan bintang neuron yang memiliki medan magnet sangat kuat. Berhubung bintang neuron seringkali terbentuk dalam sebuah ledakan supernova, hubungan antara SGR dan sisa-sisa ledakan supernova merupakan hal yang umum.

Hubungan tersebut, dikutip dari Space, 23 Mei 2011, diperkuat oleh bukti akan adanya kesesuaian antara jalur peluru tersebut dengan sumber sinar X yang terang tersebut.

Dari foto yang dibuat oleh Chandra, diperkirakan usia N49 mencapai 5 ribu tahun dan energi yang dihasilkan oleh ledakan itu diperkirakan mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan ledakan supernova pada umumnya.

Hasil penelitian awal ini mengindikasikan bahwa ledakan itu berasal dari hancurnya sebuah bintang raksasa. Temuan dan foto-foto Chandra itu sendiri dipaparkan pada ajang American astronomical Society di Miami, Florida, baru-baru ini.

Teleskop VISTA Temukan 96 Bintang Tertutup Debu



ATACAMA - Sebuah tim astronom internasional telah menemukan 96 gugus bintang yang tertutup oleh debu di galaksi Bima Sakti dengan menggunakan teleskop inframerah VISTA.

Gugus baru tersebut teridentifikasi dengan menggunakan data dari survei teleskop inframerah VISTA, yang beroperasi di bawah naungan European Southern Observatory (ESO) di Gurun Atacama, Chile.

"Penemuan ini menyoroti potensi VISTA untuk mencari gugus bintang, terutama mereka yang bersembunyi di tempat yang berdebu dan membentuk daerah bintang di galaksi Bima Sakti," ungkap Jura Borissova, kepala penulis mengenai gugus bintang yang akan muncul di jurnal astronomi & Astrofisika.

Sedangkan Dante Minniti, ilmuwan utama dari Program Bimasakti (VVV), mayoritas bintang dengan memiliki lebih dari setengah massa Matahari yang membentuk sebuah kelompok, dikenal sebagai gugusan terbuka. Kelompok ini adalah bangunan dari galaksi dan merupakan pembentukan vital seperti evolusi galaksi kita sendiri.

Bentuk gugus bintang di daerah yang sangat berdebu dan menyerap sebagian besar cahaya dari pancaran bintang muda membuat mereka terlihat layaknya survei langit. Tapi dengan menggunakan teleskop inframerah 4.1 m VISTA, membuat mereka tidak terlihat seperti itu.

"Untuk melacak pembentukan gugusan bintang termuda kami berkonsentrasi melakukan pencarian di daerah pembentuk bintang. Daerah yang tampak kosong itu sebelumnya memperlihatkan cahaya, tapi sensitifitas VISTA dengan detektor inframerah berhasil menemukan objek baru," jelas Minniti, seperti dikutip TG Daily, Kamis (4/7/2011).

"Dibandingkan dengan gugusan terbuka lainnya, ini adalah objek yang sangat samar dan kompak. Debu di depan kelompok ini membuat mereka tampak 10.000 sampai 100 juta kali lebih redup. Tidak heran jika mereka tersembunyi," ujar Radostin Kurtev, salah satu anggota tim peneliti.

Tentunya, penemuan 96 gugus terbuka yang baru mungkin hanya puncak dari gunung es untuk sebuah penemuan lainnya.

"Kami baru saja mulai untuk menggunakan software otomatis yang lebih canggih untuk mencari gugus bintang yang kurang terkonsentrasi dan lebih tua. Saya yakin bahwa akan ditemukan lebih banyak lagi, segera,"tambah Borissova.

Ditemukan, Galaksi Mini di Sekitar Bima Sakti


Sebuah model teknologi canggih yang berjalan di super komputer milik AS telah mengungkapkan adanya galaksi satelit di sekitar galaksi Bima Sakti. Saat dicari secara lebih nyata, memang ada jejak yang menunjukkan kehadirannya. Kini, model tersebut digunakan untuk mencari "sahabat" galaksi lain.

Beberapa waktu lalu, seorang astrofisikawan mengemukakan bahwa galaksi-galaksi spiral raksasa seperti Bima Sakti memiliki puluhan bahkan ratusan galaksi pendamping, baik yang ukurannya terlalu kecil maupun samar dilihat di langit malam hari.

Baru-baru ini, pernyataan ilmuwan tersebut kian terbukti. Awan Magellan kecil (The Small Magellanic Clouds) dan Awan Maggellan besar (The Large Magellanic Clouds) merupakan dua contoh galaksi kerdil yang mengorbiti galaksi Bima Sakti.

Namun, yang membuat para ilmuwan tertarik dengan struktur kosmik yang lebih kecil ini adalah mereka mempunyai materi-materi yang lebih gelap.

Kedua galaksi kerdil itu ditemukan oleh seorang ahli yang berasal dari National Energy Research Scientific Computing Center (NERSC) bernama Sukanya Chakrabarti. Ilmuwan wanita ini menggunakan sejumlah super komputer di NERSC untuk mensimulasikan deretan model matematis untuk galaksi kita dan materi-materi di sekitarnya.

Dengan model teknologi buatannya itu, Chakrabarti berhasil mengidentifikasi sejumlah besar galaksi-galaksi gelap di sekitar Bima Sakti. Salah satunya, kata dia, terletak berlawanan dengan sisi Bumi dalam Bima Sakti. Jaraknya sekitar 300.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. (1 tahun cahaya = 10 triliun kilometer).

"Pendekatan kami memiliki implikasi yang luas untuk berbagai bidang fisika dan astronomi. Ia dapat mendeteksi secara tidak langsung materi-materi gelap yang rata-rata didominasi oleh galaksi kerdil, dinamika planet, dan evolusi galaksi yang dipengaruhi oleh galaksi satelit di sekitarnya," ujar Chakrabarti.

Sebelumnya, dia sempat mempresentasikan hasil simulasi awalnya tahun ini di Seattle, pada pertemuan American astronomical Society. Pekerjaan itu dikerjakannya saat ia masih menjadi seorang peneliti di University of California di Berkeley (UCB).

"Saat ini, saya menggunakan metode saya untuk melakukan ujicoba teori-teori gratvitasi yang telah dimodifikasi dan berencana menjalankan simulasinya di NERSC," tutur Chakrabarti. Kabarnya, dia akan menyuguhkan hasil simulasinya itu dalam bentuk tiga dimensi.

Chakrabarti sekarang menjabat asisten profesor fisika di Florida Atlantic University. "Sistem NERSC benar-benar mempercepat pekerjaan saya. Sistem ini adalah sumber daya yang besar," pungkasnya.

Tags: Ditemukan galaksi Mini di Sekitar Bima Sakti, Wow Ditemukan galaksi Mini di Sekitar Bima Sakti

Siap-siap: Ribuan Bom Waktu di Bima Sakti


Galaksi Bima Sakti. Credit: NASA
Galaksi Bima Sakti mungkin menyimpan ribuan bom waktu. Setidaknya begitulah berdasarkan penelitian baru yang menyatakan bahwa setiap bintang tua akan melambat putarannya dan menciptakan supernova. Ledakan ini akan memecah galaksi kita di mana terdapat sistem tata surya kita di dalamnya.

"Akan tetapi kami belum menemukan satu bintang yang termasuk dalam kateogri bom waktu tersebut," ungkap astrofisika, Rosanne Di Stefano. Jenis supernova yang sedang diteliti oleh Rosanne adalah supernova la yang akan terjadi jika bintang kerdil tidak lagi stabil. Sebenarnya, massa dari bintang kerdil yang disebut massa Chandrasekhar, tidak cukup untuk menciptakan supernova, namun ada dua hal yang dapat membuat ledakan besar itu tercipta, yaitu sumbangan gas dari bintang lain dan fusi dari dua bintang kerdil.

Rosanne mengatakan bahwa putaran dari bintang kerdil mungkin dapat memcahkan teka-teki. Proses rotasi ke atas dan ke bawah akan menunda waktu peledakan. Akan tetapi, saat rotasi melambat, maka gravitasi akan mengakibatkan terciptanya ledakan tersebut. "Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rotasi sebuah bintang kerdil," kata Rosanne. Proses rotasi dapat menambah waktu untuk "bom" tersebut. Hal ini akan memungkinkan bintang lain berkembang menjadi bintang kerdil.

Di galaksi ini, peneliti memperkirakan supernova la terjadi tiga kali tiap seribu tahun. Jika bintang kerdil membutuhkan jutaan tahun untuk meledak, maka akan ada puluhan pra-ledakan dalam beberapa ribu tahun cahaya dari Bumi.

"Sampai sekarang kami hanya tahu bintang kerdil dengan massa Chandrasekhar dan kami belum menemukan massa super Chandrasekhar, akan tetapi kami akan memburu mereka," tambah Rasmus Voss dari Radboud University Nijmegen, Belanda.

ap-siap: Ribuan Bom Waktu di Bima Sakti

Galaksi Bima Sakti. Credit: NASA
Galaksi Bima Sakti mungkin menyimpan ribuan bom waktu. Setidaknya begitulah berdasarkan penelitian baru yang menyatakan bahwa setiap bintang tua akan melambat putarannya dan menciptakan supernova. Ledakan ini akan memecah galaksi kita di mana terdapat sistem tata surya kita di dalamnya.

"Akan tetapi kami belum menemukan satu bintang yang termasuk dalam kateogri bom waktu tersebut," ungkap astrofisika, Rosanne Di Stefano. Jenis supernova yang sedang diteliti oleh Rosanne adalah supernova la yang akan terjadi jika bintang kerdil tidak lagi stabil. Sebenarnya, massa dari bintang kerdil yang disebut massa Chandrasekhar, tidak cukup untuk menciptakan supernova, namun ada dua hal yang dapat membuat ledakan besar itu tercipta, yaitu sumbangan gas dari bintang lain dan fusi dari dua bintang kerdil.

Rosanne mengatakan bahwa putaran dari bintang kerdil mungkin dapat memcahkan teka-teki. Proses rotasi ke atas dan ke bawah akan menunda waktu peledakan. Akan tetapi, saat rotasi melambat, maka gravitasi akan mengakibatkan terciptanya ledakan tersebut. "Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rotasi sebuah bintang kerdil," kata Rosanne. Proses rotasi dapat menambah waktu untuk "bom" tersebut. Hal ini akan memungkinkan bintang lain berkembang menjadi bintang kerdil.

Di galaksi ini, peneliti memperkirakan supernova la terjadi tiga kali tiap seribu tahun. Jika bintang kerdil membutuhkan jutaan tahun untuk meledak, maka akan ada puluhan pra-ledakan dalam beberapa ribu tahun cahaya dari Bumi.

"Sampai sekarang kami hanya tahu bintang kerdil dengan massa Chandrasekhar dan kami belum menemukan massa super Chandrasekhar, akan tetapi kami akan memburu mereka," tambah Rasmus Voss dari Radboud University Nijmegen, Belanda.

Bintang Terbesar Dalam Sistem Bintang Ganda Eta Carinae Siap Meledak


Bintang terbesar dalam sistem bintang ganda Eta Carinae yang siap meledak dalam bentuk supernova. Image credit: ESA/Hubble & NASA
Bintang terbesar dalam sistem bintang ganda Eta Carinae yang merupakan bintang terbesar dan tidak stabil yang mendekati akhir masa hidupnya. Sekira 150 tahun yang lalu bintang tersebut memancarkan materi berupa awan besar dalam bentuk khas yang dikenal sebagai Nebula Homunculus. Eta Carinae adalah salah satu bintang terdekat dengan Bumi yang akan meledak dalam supernova dalam waktu yang relatif dekat (kira-kira satu juta tahun ke depan).

Mengungkap Misteri Supernova Tertua dan Terjauh di Alam Semesta


Supernova Tipe Ia di atas inset, salah satu dari 150 dalam sampel penuh, meledak sekitar 10 milyar tahun lalu dan merupakan salah satu jenis supernova Ia tertua dan terjauh yang diamati sampai saat ini. Kecuali untuk segelintir bintang, semua benda pada gambar di atas adalah galaksi. Credit: spacedaily.com
Tim astronomi dari Jepang, Israel, dan Amerika Serikat berkumpul untuk menggunakan teleskop Subaru guna meneliti salah satu contoh dari supernova termuda (saat alam semesta baru terbentuk) dan sekaligus terjauh yang pernah ditemukan. supernova tersebut terjadi akibat ledakan sebuah bintang pada 10 miliar tahun yang lalu, jauh sebelum Bumi terbentuk. Peneliti menggunakan contoh supernova kuno ini untuk menentukan berapa frekuensi dari ledakan bintang ini pada saat alam semesta masih berusia muda.

Supernova merupakan hal yang penting dalam astrofisika. supernova ibarat sebuah pabrik alam, karena pada dasarnya semua elemen dalam tabel periodik yang lebih berat dari oksigen terbentuk melalui reaksi nuklir yang terjeadi segera sebelum dan selama ledakan besar. Ledakan besar ini melemparkan elemen-elemen yang kemudian menjadi ruang antar bintang, di mana mereka berfungsi sebagai bahan baku untuk bintang dan planet baru.

Dengan demikian, atom-atom dalam tubuh kita, seperti atom kalsium dalam tulang kita atau atom besi dalam darah kita, diciptakan dalam supernova. Dengan pelacakan frekuensi dan jenis ledakan supernova kembali melalui waktu kosmik, para astronom dapat merekonstruksi sejarah  penciptaan elemen alam semesta, dari campuran sederhana dari hidrogen dan helium yang ada selama satu miliar tahun pertama setelah Big Bang, sampai dengan unsur yang kaya seperti yang kita lihat sekarang.

Seperti dikutip dari spacedaily.com, Rabu (05-10-2011), disebabkan karena letaknya yang sangat jauh dan terjadi pada masa lalu, maka supernova ini sulit untuk diteliti. Untuk mengatasi kendala ini, tim mengambil keuntungan dari kecanggihan Teleskop Subaru: kekuatan dari pengumpulan cahaya oleh cermin utama yang berukuran 8,2 meter, ketajaman gambar yang baik, dan bidang pandang lebar dari kamera fokus utamanya (Suprime-Cam).

Dengan "menatap" melalui teleskop Subaru Deep Field ini, mereka membiarkan cahaya redup dari galaksi dan supernova yang paling jauh terakumulasi selama beberapa malam pada suatu waktu, sehingga membentuk suatu paparan yang sangat panjang dan mendalam.

Masing-masing dari hasil empat pengamatan tersebut didapat sekitar 40 supernova yang meledak di antara 150.000 galaksi. Secara keseluruhan, tim menemukan 150 ledakan, termasuk 12 supernova yang merupakan supernova yang paling jauh dan kuno yang pernah dilihat.

Analisis tim dari data menunjukkan bahwa supernova dari apa yang disebut dengan tipe "termonuklir" meledak sekitar lima kali lebih sering di alam semesta muda, sekitar sepuluh milyar tahun yang lalu, daripada yang terjadi pasa saat ini. supernova termonuklir, sering disebut supernova Tipe-Ia, adalah salah satu sumber utama dari elemen besi di alam semesta.

Sama pentingnya, ledakan ini telah menjadi penanda jarak kosmik bagi para astronom. Selama dekade terakhir, mereka telah mengungkapkan bahwa palam semesta mengembang, di mana semua galaksi menjauh dari satu sama lain, sebenarnya percepatan perkembangannya dibawah pengaruh energi gelap (dark energy) misterius.

Namun, sifat dari supernova termonuklir sendiri masih belum sepenuhnya dipahami, dan ada perdebatan sengit tentang identitas pra-ledakan bintang atau sistem bintang. Dengan mengungkapkan kisaran usia bintang-bintang yang meledak dengan cara ini, temuan baru tim memberikan beberapa petunjuk penting untuk memecahkan misteri ini.

Hasilnya berhubungan erat dengan skenario di mana supernova termonuklir adalah hasil dari penggabungan dari sepasang sisa-sisa bintang yang disebut bintang katai putih (white dwarfs). Pengamatan masa depan dengan pencitraan kamera Subaru generasi berikutnya, Hyper Suprime-Cam, akan memungkinkan menemukan supernova yang bahkan lebih besar dan lebih jauh, dan memungkinkan untuk pengujian lebih lanjut dari kesimpulan ini.

Hasilnya dijelaskan dalam catatan yang ditulis oleh  Graur dan kawan-kawan dalam edisi Oktober 2011 dengan judul "Supernovae in the Subaru Deep Field: the rate and delay-time distribution of type Ia supernovae out to redshift 2".

Penyebab Terjadinya Prominensa (Lidah Api) Matahari


Prominensa Matahari. Image credit: Google
Matahari memiliki medan magnet yang tidak merata di setiap bagiannya. Berbeda dengan Bumi yang padat sehingga medan magnetnya konstan. Meski Matahari tetap memiliki kutub utara dan selatan, namun akibat rotasi serta medan magnet yang ada dimana-mana dan tidak stabil, mengakibatkan terjadinya sunspot. Bila terdapat sunspot, berarti ada medan magnet Matahari yang masuk atau atau keluar dengan membawa plasma. Karena terbentuknya di beberapa tempat, mengakibatkan terjadinya tabrakan dan jadilah prominensa. Saat prominensa ini putus atau saling bertabrakan lagi, akan terbentuk flare.

Sunspot atau lebih dikenal dengan bintik hitam Matahari, memiliki diameter sekitar 50,000 km, yang artinya lebih besar daripada diameter Bumi. Suhu pada sunspot lebih dingin dibandingkan yang bagian lain yaitu kurang lebih 3800 K. Hal itu yang menyebabkan sunspot berwarna gelap. Jumlah sunspot pada Matahari tidak konstan setiap saat. Kenampakan sunspot pada umumnya dalam orde minggu atau bahkan kurang.

Bentuknya yang mirip loop atau pita yang dikibaskan, membuat prominensa lebih dikenal dengan nama lidah api Matahari. Meski berada di fotosfer, namun panjangnya bisa melewati korona. Prominensa terpanjang yang pernah teramati oleh SOHO pada tahun 1997 mencapai 350,000 km, atau sebanding dengan 28 kali diameter Bumi. Kala hidup prominensa ini bisa mencapai 5 bulan. Dari hasil pengamatan, sepertiga dari prominensa muncul 3 minggu setelah terbentuknya sunspot. Berbeda dengan sunspot yang bergerak menuju ekuator, prominensa bergerak menuju kutub.

Ledakan Matahari yang terjadi akibat energi yang tersimpan dalam medan magnetik dilepaskan secara tiba-tiba dalam waktu singkat, dinamakan flare. Energi yang dilepaskan ini setara dengan jutaan kali bom atom Hiroshima. Bahkan pengaruhnya sampai ke atmosfer dan medan magnetik Bumi.

Senin, 06 Mei 2013

Sebuah satelit diperkirakan hanya mampu bertahan di orbit dalam kurun 12 hingga 15 tahun. Oleh karena itu, penggantian satelit bukanlah dikarenakan permasalahan kontrak posisi orbit yang didiami.

"Permasalahan besar yang terjadi ketika satelit harus diganti adalah karena energi dan desain satelit. Kebanyakan satelit didesain untuk bisa bertahan dalam kurun 12 hingga 15 tahun, baik mengenai ketersediaan bahan bakar maupun untuk bertahan menghadapi kondisi cuaca di orbit," ujar Direktur Penjualan dan Pemasaran Regional Arianespace Philip Balaam, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, inilah permasalahan utama ketika Satelit harus segera diganti. Pasalnya, untuk mempersiapkan pergantian satelit satu dengan yang lain dibutuhkan waktu sekira empat hingga lima tahun. Apalagi, lembaga telekomunikasi internasional (ITU) tidak memberikan adanya batasan waktu penggunaan orbit satelit.

"ITU tidak memberikan batasan penggunaan orbit satelit. Hanya saja, jika terlalu lama dikosongkan, slot tersebut akan diberikan kepada pihak lain yang dirasa memerlukan," ujar Balaam.

"Intinya, first come first serve" tambahnya.

Arianespace sendiri, yang telah beroperasi selama 30 tahun membantu peluncuran satelit-satelit yang ada di dunia, mengklaim telah memuaskan sebanyak 76 konsumen dari 101 negara dengan meluncurkan sekira 279 satelit.

Dalam waktu beberapa Bulan ke depan, Ariane 5 akan bergabung dengan Soyuz dan Vega, menjadikan Arianespace sebagai perusahaan dengan peluncur satelit terlengkap untuk jenis satelit apa saja.

Perusahaan yang mengklaim memiliki pendapatan sekira satu miliar euro ini mengatakan jika Asia Pasifik merupakan wilayah yang cukup penting. Bahkan 60 persen lebih dari total konsumen mereka berasal dari wilayah ini. Di antaranya adalah Indonesia mencakup Indostar, PT Telkom, Satelindo, lalu Binariang asal Malaysia, serta Jepang yang mencakup BSAT, JAXA, NHK, NTT, dan ISRO dari India.

Dalam waktu dekat, Arianespace juga akan meluncurkan satelit Vietnam VINASAT-2 dengan menggunakan Ariane 5 atau Soyuz dari Guiana Space Center, Prancis.

Satelit SOHO Sukses Temukan 2000 Komet

Satelit Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) telah berhasil dimanfaatkan untuk menemukan 2000 komet sejak diluncurkan 15 tahun lalu. Penemuan ini menjadikannya sebagai satelit penemu komet terampuh sepanjang masa.

Komet ke 2000 yang berhasil ditemukan dengan SOHO diumumkan pada tanggal 26 Desember 2010 lalu oleh NASA. Penemunya adalah Michal Kusiak, mahasiswa astronomi di Jagiellonian University, Polandia.

Kemampuan SOHO menemukan komet cukup menarik. Sebab, SOHO pada dasarnya tidak dirancang untuk meneliti komet. Saat diluncurkan pertama kalinya, SOHO sebenarnya bertugas meneliti atmosfer matahari atau disebut korona.

Ketika mengorbit dan mencitrakan matahari, SOHO menghalangi bagian yang paling terang dan mengirim citranya ke bumi. Astronom mendeteksi adanya komet dengan melihat spot yang ada pada sisi bagian yang terang, penanda adanya komet.

[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Ilustrasi Satelit SOHO (image: kompas.com)"][/caption]

Perjalanan satelit hingga menemukan 2000 komet membutuhkan waktu 15 tahun. Waktu yang dibutuhkan untuk menginjak angka 1000 adalah 10 tahun, sementara waktu yang dibutuhkan untuk menemukan 1000 komet berikutnya hanya 5 tahun.



Penemuan komet dengan SOHO melibatkan 70 orang astronom amatir dan profesional dari 18 negara. Keseluruhanya melakukan secara sukarela. Mereka mengamati citra yang dihasilkan Large Angle and Spectrometric Coronagraph (LASCO), kamera milik SOHO.

Untuk mengkoordinasikannya, digunakan sebuah situs untuk melaporkan temuan. Karl Battams yang saat ini mengelola situs mengatakan, ketika menemukan komet, astronom akan melaporkannya langsung ke situs tersebut.

Selanjutnya, Karl akan mengkonfirmasi kebenaran dari setiap komet yang ditemukan dan memberi nomor tidak resmi. Data yang telah diberi nomor tersebut dikirim ke Minor Planet Center di Cambridge untuk kemudian diberi nama resmi.

Karl Battams mengungkapkan, "Ada banyak pengetahuan yang bisa kita dapatkan dengan adanya komet ini. Pertama, kita tahu ada lebih banyak komet di tata surya. Mereka bisa memberi tahu darimana mereka berasal dan hancur."

"Hampir keseluruhan komet yang ditemukan dengan SOHO berasal dari sumber yang sama," kata Battams. menurutnya, 85% dari komet berasal dari komet yang lebih besar bernama Kreutz yang hancur beberapa ratus tahun yang lalu.

Komet-komet yang ditemukan dengan SOHO atau yang disebut famili kreutz meruapakan "gembala matahari". Mereka bergerak mendekati matahari dan kemudian menguap dalam beberapa jam setelah penemuannya.

Michal Kusiak, si penemu komet ke 2000 sendiri termasuk astronom amatir yang berprestasi. Ia menemukan komet SOHO pertamanya pada tahun 2007 dan hingga kini telah menemukan 100 komet.

China Luncurkan Satelit Militer Baru

 

 

Peluncuran satelit China, Minggu, 18 September 2011. Credit: China Academy of Launch Vehicle Technology
Satelit komunikasi terbaru China yang dirancang untuk militer China diluncurkan hari Minggu dari Xichang space base di provinsi Sichuan China.

China tidak mengumumkan secara resmi perihal peluncurannya, tetapi media melaporkan bahwa satelit itu akan mendukung "komunikasi suara dengan kualitas tinggi, penyiaran dan transmisi data yang melintasi China". seperti yang dikutip dari kantor berita Xinhua.

Dikutip dari space.com, Selasa (20/09/2011), Analis barat menganggap bahwa peluncuran satelit itu adalah untuk mendukung militer China. Satelit itu sendiri dibuat oleh China Aerospace Science and Technology Corp. Peluncuran itu tepat satu Bulan setelah kegagalan peluncuran pada sebulan sebelumnya.

Aquarius, Satelit NASA Khusus untuk Pantau Lautan


Sesuai nama Dewa Laut dalam mitologi Yunani, wahana satelit terbaru NASA yang diberi nama Aquarius akan segera diluncurkan dan digunakan untuk memantau kondisi lautan. Pada 9 Juni mendatang, NASA berencana meluncurkan wahana ruang angkasa terbarunya itu.

Satelit baru ini akan sangat bermanfaat bagi para ilmuwan yang mempelajari siklus air di bumi serta hubungannya dengan arus laut dan iklim. Aquarius memetakan konsentrasi larutan garam di permukaan laut yang akan melengkapi data hasil pengamatan temperatur permukaan laut yang telah lebih dulu dimonitor melalui satelit.


Satelit Aquarius

Aquarius juga akan menyediakan data terkini tentang kadar garam di lautan sehingga para ilmuwan dapat memahami kaitan kadar garam dengan curah hujan dan penguapan, atau pencairan dan pembekuan es, serta pengaruhnya terhadap perbedaan iklim.

Aquarius dilengkapi dengan instrumen radiometer gelombang mikro, sebuah komponen yang dikembangkan untuk mengukur kadar garam dari luar angkasa. "Radiometer ini adalah radiometer paling stabil dan akurat yang dikembangkan untuk melakukan pemantauan dari luar angkasa," kata Shannon Rodriguez-Sanabria, seorang spesialis komunikasi gelombang mikro di Goddard Space Flight Center, NASA, Greenbelt, Md.

Selama melakukan misinya, Aquarius akan mengumpulkan data secara terus-menerus ketika terbang pada orbit dekat-kutub dan mengelilingi bumi 14-15 kali sehari. Sudut pandang instrumennya yang mencapai bentangan selebar 390 kilometer akan memasok peta global setiap tujuh hari. Data-data ini kemudian digabungkan untuk menghasilkan data Bulanan yang lebih akurat selama misi berlangsung serta dirancang agar bisa jadi acuan minimal dalam jangka waktu tiga tahun.

Wahana Luar Angkasa Messenger Akan Mengorbit Merkurius


Wahana luar angkasa Messenger milik NASA akan mengukir sejarah baru Kamis (17/3/11) mendatang. Kurang lebih pukul 07.45 WIB, Messenger akan mengorbit di planet Merkurius. Jika berjalan lancar, maka selama setahun mendatang, Messenger akan mempelajari planet terdekat Matahari itu, termasuk meneliti komposisi dan lingkungannya.

Beberapa pertanyaan kunci yang diharapkan bisa dijawab oleh Messenger adalah, bagaimana atmosfer Merkurius, mengapa Merkurius berdensitas tinggi dan bagaimana sejarah geologis planet itu. Ilmuwan mengungkapkan, mempelajari Merkurius akan membantu para astronom memahami evolusi planet, terutama planet batuan seperti Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.

Messenger adalah kepanjangan dari Mercury Surface, Space Environment, Geochemistry and Ranging. Wahana luar angkasa itu berbiaya 446 juta dollar AS dan diluncurkan pada tahun 2004. Sejauh ini, Messenger telah melakukan perjalanan dengan rute memutar sejauh 7,9 miliar kilometer selama 6,5 tahun. Messenger telah mengitari Bumi sekali, Venus 2 kali, dan Merkurius 3 kali.

Perjalanan Messenger mendekati Merkurius telah menghasilkan beberapa foro menakjubkan. Pimpinan Investigasi Sean Solomon dari Carnegie Institution of Washington menngungkapkan, "Perjalanan Messenger telah mencapai tahap akhirnya. Masuknya Messenger ke orbit merupakan babak baru untuk masuk ke permainan selanjutnya, operasi di planet terdalam tata surya."

Messenger nantinya diharapkan mengelilingi Merkurius setiap 12 jam. Messenger akan ada pada jarak 200 km dari permukaan Merkurius dan akan bergerak sejauh 15.000 km. Misi Messenger akan berlangsung selama satu tahun Bumi. Karena rotasi Merkurius sangat lambat (setara dengan 176 hari di Bumi), maka Messenger hanya akan melakukan misi selama 2 hari Merkurius.

Tags: Messenger Akan Mengorbit Merkurius, Wow Messenger Akan Mengorbit Merkurius

Keren, 8 Planet di Satu Bingkai Foto!


Wahana luar angkasa Messenger, yang kini ergerak untuk mengorbit Merkurius, berhasil menjepret citra keseluruhan tata surya. Dalam citra tersebut terdapat delapan planet anggota tata surya plus Bulan sebagai satelit Bumi. Semuanya ada dalam satu bingkai foto.

Untuk mendapatkan citra tersebut, Messenger mengambil 34 citra selama dua minggu pada November 2010. Ilmuwan yang bekerja pada proyek wahana luar angkasa itu kemudian mengoleksi citra tersebut dan menggabungkannya menjadi sebuah citra tata surya yang utuh.

Citra tata surya tersebut menggambarkan Venus sebagai salah satu planet paling terang di sudut kiri. Di dekat Venus terdapat Bumi beserta Bulan. Uranus dan Neptunus tampak sangat samar, sedangkan Jupiter terlihat cemerlang di dekat Neptunus dan Uranus.

ika Voyager 1 memotret tata surya dari Neptunus ke arah Matahari, maka Messenger memotret tata surya dari sudut pandang sebaliknya, yaitu dari Matahari ke arah Uranus.
Di bagian paling kanan gambar terdapat Mars, Merkurius, serta Venus yang seolah tampak berdekatan. Sementara di bagian lain yang tak begitu jelas, sebenarnya Messenger juga berhasil memotret satelit-satelit Jupiter, yakni Callisto, Ganymede, Europa, serta Io.

"Citra ini menggambarkan bahwa Bumi merupakan anggota 'rukun tetangga' tata surya yang terbentuk oleh sebuah proses yang berlangsung selama 4,5 miliar tahun lalu," kata Sean Solomon, kepala investigator dalam misi Messenger yang berasal dari Carnegie Institution of Washington.

Keseluruhan planet dan satelit tersusun dalam sabuk berbentuk S yang sempit.

"Tak mudah untuk menemukan momen saat planet berada dalam satu bidang pandang dari perspektif tertentu," kata Solomon, yang mengaku timnya mengalami kendala dalam menangkap gambar dalam arah tertentu.

Para ilmuwan menggunakan perangkat lunak (software) untuk menyimulasikan lokasi Messenger sehingga bisa mengetahui planet yang terlihat dari kamera. Mereka juga harus menyesuaikan beberapa foto sehingga citra planet yang diambil bisa ditampilkan seutuhnya meskipun dengan beberapa ketidaksempurnaan.

Dengan citra yang diambil tersebut, Messenger berhasil melengkapi potret yang diambil oleh Voyager 1 pada 1990. Voyager 1 memotret tata surya dari Neptunus ke arah Matahari, sedangkan Messenger memotret tata surya dari sudut pandang sebaliknya, yaitu dari Matahari ke arah Uranus.

"Melihat tata surya kita yang bagai titik cahaya mengingatkan betapa beruntungnya kita sebab memiliki kesempatan untuk mendekat dan mengeksplorasi keragaman serta geologi setiap planet dan bulan yang luar biasa," kata Brett Denevi dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory di Laurel.

Messenger telah terbang melintas Merkurius sebanyak tiga kali sejak diluncurkan pada 2004. Wahana luar angkasa ini akan memasuki orbit Merkurius pada 18 Maret. Nama Messenger merupakan akronim Mercury Surface, Space Environment, Geochemistry, and Ranging.

Tags: Gambar seluruh planet di tata surya dalam satu bingkai foto, Waw Keren, 8 Planet di Satu Bingkai Foto!, Mantab Keren, 8 Planet di Satu Bingkai Foto!

Dahulu Kala, Ada Dua Bulan Mengitari Bumi


Animasi tabrakan dua Bulan menjadi satu Bulan (AP/Martin Jutzi and Erik Asphaug, University of California)
Bulan sejak lama menjadi sumber inspirasi penyair, seniman, atau yang sedang jatuh cinta. Dan kini, beberapa astronom berspekulasi, dulu terdapat dua Bulan yang mengitari bumi.

Ke mana perginya si Bulan yang satu itu? Para astronom dari Universitas California, Santa Cruz, menyatakan dia melebur ke salah satunya lagi dalam suatu peristiwa yang dinamakan "percikan besar." Hasilnya, Bulan yang ada sekarang seperti memiliki dua sisi yang berbeda, satu mulus dan satu lagi penuh tonjolan.

Teori yang dilansir di jurnal Nature pada Rabu 3 Agustus 2011 ini dikemukakan para astronom ketika menemukan ada dua sisi yang berbeda dari Bulan. Satu sisi yang menghadap bumi terlihat mulus, sementara sisi yang di baliknya berbukit-bukit. Mereka lalu mereka model komputer untuk menunjukkan mengapa hal itu terjadi. Kejadiannya diduga seperti sebuah kue pie dilempar ke muka. Memercik.

Kejadian ini diduga terjadi sekitar 4,4 miliar tahun yang lalu, jauh sebelum ada kehidupan di Bumi untuk menyaksikan kejadian itu di angkasa. Bulan-bulan ini sendiri masih muda, terbentuk 100 juta tahun sebelum sebuah planet raksasa menubruk Bumi. Kedua Bulan ini mengorbit Bumi dan berjalan berurutan.

Satu Bulan yang besar berada di depan, berukuran tiga kali lebih lebar dan 25 kali lebih berat dari yang satu lagi. Gravitasi Bulan yang besar ini diduga sangat besar sehingga yang kecil tak mampu menahannya. Keduanya semakin mendekat dan lalu terjadilah momen tabrakan itu.

"Mereka ditakdirkan bersatu. Tak ada jalan lain. Percikan besar ini seperti penyatuan dalam kecepatan rendah," kata Erik Asphaug, salah satu astronom peneliti dilansir the Associated Press.

Kecepatan rendah dimaksud Asphaug ini adalah peristiwa terjadi dalam kecepatan 5.000 mil per jam. Namun ini momen yang perlahan sekali sehingga batu-batu angkasa tidak bisa luruh.

Dan karena Bulan yang lebih kecil memiliki lebar lebih dari 600 mil, tabrakan ini memakan waktu yang cukup bagi penonton di Bumi melihatnya sambil makan kacang. "Orang akan bosan melihatnya karena butuh waktu 10 menit untuk peluru untuk mencapai Bulan," kata Asphaug menyamakan Bulan yang kecil dengan peluru.

Batu dan material dari Bulan yang kecil kemudian menyebar di permukaan Bulan yang besar, bahkan tanpa menghasilkan sebuah kawah seperti yang ditimbulkan dari tubrukan meteor ke permukaan bumi. "Fisikanya benar mengejutkan sama dengan melempar sebuah pie ke wajah," katanya.

Sehari setelah itu, keadaan kembali normal. Bulan tinggal satu, namun salah satu sisinya terlihat berbeda.

Bumi sendiri memang termasuk aneh di tata surya karena hanya memiliki satu Bulan. Meski Venus dan Merkurius tak memiliki satu pun, Mars punya dua Bulan, Saturnur dan Jupiter memiliki lebih dari 60. Bahkan Pluto yang kecil, memiliki empat Bulan.

Teori dua Bulan ini jelas ramai diperbincangkan di NASA. H Jay Melosh dari Universitas Purdue menyatakan, "Kami tak menemukan yang salah dengan teori itu."

Ilmuwan Alan Stern yang dulu bekerja di NASA menyebut teori itu "Ide baru yang sangat cerdas" namun tak mudah diuji kebenarannya.

Bulan kedua bukan hanya masalah astronomi. Dia juga berperan di bidang sastra dan lagu. Penyair Todd Davis, profesor sastra di Universitas Negeri Penn menyatakan ide dua Bulan � di mana salah satu menelan yang lain � akan menangkap imajinasi sastra.

"Saya mungkin bermimpi mengenai itu dan berusaha menulisnya dalam sebuah puisi," katanya.

Belasan Asteroid Dekat Bumi?


Menggunakan teleskop canggih di Pulau Maui, Hawaii, sejumlah astronom berhasil menangkap gambar 19 asteroid yang lalu-lalang di sekitar Bumi. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak yang berhasil ditemukan para ilmuwan dalam kurun waktu satu malam.

Para ilmuwan yang menggunakan teleskop Pan-STARRS PS1 di Haleakala, Maui, mengatakan citra asteroid itu ditangkap oleh teleskop berumur tua yang software-nya sudah diimprovisasi dan teknik observasi yang diperbaiki.

Dahulu, sebelum instrumen itu diimprovisasi, teleskop seringkali  salah mendeteksi. "Sulit membedakan antara asteroid yang nyata dan asteroid 'hantu'," kata Nick Kaiser, kepala proyek Pan-STARRS, seperti dikutip dari Star-Advertiser, Sabtu 26 Februari 2011.
"Selama demonstrasi yang dilakukan pada 29 Januari silam, para astronom mengambil empat eksposur berbeda, satu per satu, untuk memastikan hasil observasi nantinya akan akurat," tandasnya.

Untuk mengerjakan proyek deteksi kegiatan asteroid di sekitar Bumi ini, Kaiser cs menerima dana hibah dari badan antariksa AS, NASA, dan US Air Force. Proyek ini juga melibatkan sejumlah studi dan penelitian.

"Kami tidak didanai khusus untuk ini, tetapi kami pikir kami melakukannya untuk sebuah demonstrasi. Kami berharap untuk menghasilkan lebih banyak dana untuk kegiatan serupa [deteksi asteroid]", kata Kaiser.

Dari studi selama ini, kemungkinanan asteroid membentur atmosfer Bumi kira-kira 1 banding seribu. Dan, menurut Kaiser, keberadaan asteroid dapat diketahui sehingga memungkinkan pemerintah untuk bertindak cepat sebelum hal tersebut menjadi sebuah ancaman yang nyata.

"Layaknya risiko penyakit berbahaya yang langka," kata Kaiser. "Kemungkinan orang terjangkit penyakit tersebut kecil sekali. Namun, risiko yang diterima saat terjangkit benar-benar tidak diinginkan. Tentu saja Anda ingin mengantisipasi hal itu supaya tidak terjadi," jelasnya.

Dengan keakuratan hasil observasi teleskop oleh Pan STARRS ini diharapkan para ilmuwan dapat mewaspadai tiap kegiatan asteroid di sekitar Bumi sebelum terjadi bencana akibat benturannya dengan atmosfer.

Tags: Asteroid dekati bumi, Wow Belasan Asteroid Dekat Bumi?, Apakah Belasan Asteroid Dekat Bumi?, Teleskop tangkap 19 asteroid dekati bumi

Astronom Polandia Tangkap Citra "Bintang Kawin"


Para ilmuwan mengetahui bahwa dua bintang bisa menjadi satu layaknya manusia yang diikatkan oleh tali perkawinan. Tetapi, selama bertahun-tahun mencari, para astronom belum juga menemukannya.

Hingga akhirnya kabar baik datang dari Romuald Tylenda, astronom asal Polandia, yang berhasil menangkap citra fenomena bintang kawin itu.

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2011/03/25/1739309620X310.JPG

Penemuan fenomena tersebut diawali dari penemuan bintang bernama v1309 Scorpii. Bintang yang ditemukan lewat observasi di Nicolaus Copernicus Astronomical Centre di Torun, Polandia, itu dijumpai pertama kali tahun 2008 saat sedang mengeluarkan lidah api. Beberapa studi dilakukan, tetapi astronom belum juga menemukan apa yang terjadi.

Setelah melakukan pengamatan sejak tahun 2002 di sebuah observatorium di Warsawa, Tylenda dan rekannya menjumpai variasi cahaya di v1309.

Variasi tersebut mengindikasikan bahwa v1309 mulanya adalah bintang ganda dekat, sebuah bintang yang "hampir bersentuhan" dan mengelilingi satu sama lain dalam waktu yang sangat singkat, hanya 1,4 hari.

Seiring waktu berlalu, lapisan luar bintang yang mengorbit satu sama lain ratusan kali dan mulai membentuk satu kesatuan. Ketika itu terjadi, Tylenda dan rekannya melihat bahwa cahaya bintang tersebut lebih terang 300 kali selama 10 hari. Pada pengamatan bulan Agustus 2008, ledakan terjadi dan akhirnya inti bintang menjadi satu.

Ketika perkawinan bintang itu terjadi, cahayanya menjadi 30.000 kali lebih terang dari Matahari. Energi dari inti bintang tersebut berhamburan ke luar. Berdasarkan publikasi Tylenda di jurnal Astronomy & Astrophysics, cahaya bintang bertambah terang karena dua bintang menjadi satu. Setelah beberapa bulan, cahaya bintang kembali seperti semula.

Hingga kini, ilmuwan belum bisa memprediksi materi yang dihamburkan bintang tersebut saat kawin. Untuk mengetahuinya, diperlukan observasi dengan teleskop Hubble. Sayangnya, materi yang dihamburkan bisa menghalangi pengamatan. Tylenda adalah profesor astronomi di Nicolaus Copernicus Astronomical Center.

Ilmuwan Temukan Bintang dengan Suhu Sehangat Tubuh Manusia




Bintang. Credit: wordpress.org

Para ilmuwan baru saja menemukan sebuah bintang 'terdingin' di alam semesta, yang suhunya mungkin sehangat tubuh manusia.

Seperti yang dikutip dari Softpedia, Kamis (25/8/2011), para ahli astronomi sedang menyelidiki data yang dikumpulkan oleh teleskop NASA Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE), yang menemukan sejumlah jenis bintang terdingin di alam semesta. Objek-objek antariksa ini diperkirakan memiliki suhu sama seperti suhu tubuh manusia.

Ada beberapa jenis bintang dingin di alam semesta, termasuk bintang-bintang kecil berwarna cokelat. Objek-objek ini begitu dingin suhunya jika dibandingkan dengan bintang normal, dengan suhu yang hanya beberapa ratus derajat celcius saja.

Beberapa dari objek angkasa ini disebut sebagai 'bintang yang gagal', yang berarti bahwa mereka terbentuk dari gas hidrogen yang tidak berhasil berkembang secara wajar. Kegagalan fusi nuklir dari proses pembentukkan inilah yang membuat bintang-bintang tersebut bersuhu rendah.

Di penelitian tersebut, objek-objek baru ini disebut sebagai bintang kecil Y. Para ahli astronomi telah mencari objek-objek tersebut selama bertahun-tahun.

Melalui teleskop WISE, para ilmuwan berhasil menemukan 6 bintang kecil Y, yang kesemuanya berjarak 40 tahun cahaya Matahari.

Pimpinan penelitian ini adalah anggota dari tim teleskop WISE, Michael Cushing, yang bermarkas di NASA Jet Propulsion Laboratory (JPL), di Pasadena, California. Tim JPL mengatur misi WISE untuk agensi luar angkasa Amerika Serikat (AS), Scinece Mission Directorate, yang juga bermarkas di kantor pusat NASA di Washington.

Hari Kiamat Menurut Para Ilmuwan

Para ahli astronomi dan astrofisika kini mengembangkan teori baru, menyangkut tahapan akhir alam semesta. Teori Big Bang atau dentuman besar bagi penciptaan alam semesta kini sudah secara luas diterima. Akan tetapi skenario akhir dari dentuman besar, masih menjadi bahan perdebatan yang cukup hangat.

Lima tahun lalu, para ahli astronomi dan astrofisika ibaratnya hanya membahas dua tema. Yakni, kecepatan pemuaian alam semesta serta kerapatan rata-rata materi penyusun alam semesta. Terdapat aksioma, jika kerapatan materi melampaui nilai kritis, maka alam semesta berhenti berkembang dan mengkerut kembali.

Jadi selaras dengan teori dentuman besar, skenario tahapan akhir alam semesta adalah keruntuhan besar. Akan tetapi berdasarkan pengukuran pancaran latar belakang sinar kosmis, penyebaran awan galaksi, penghitungan konstanta Hubble serta indikator lain, diperhitungkan volume materi nampak maupun materi gelap, tidak mencukupi untuk membuat alam semesta kolaps. Masih ada komponen utama lainnya yang menentukan nasib alam semesta, yakni energi gelap yang sejauh ini masih misterius. Tantangan terbesar ilmu kosmologi saat ini, adalah mengerti sifat dan mekanisme energi gelap ini.

Para ahli kosmologi menyadari, alam semesta yang kini berumur sekitar 13,7 milyar tahun, sudah memasuki paruh siklus hidupnya. Itulah sebabnya para peneliti merasa lebih tertarik pada skenario nasib alam semesta. Apa yang terjadi dengan alam semesta 20 milyar tahun mendatang ? Bumi sendiri yang lahir sekitar 5 milar tahun lalu, jadi jauh lebih muda dari alam semesta, diperkirakan lima sampai tujuh milyar tahun mendatang sudah merupakan planet tanpa kehidupan. Matahari sudah memasuki fase bintang raksasa merah, dan ukurannya membesar sampai 100 kali lipat dari ukuran sekarang. Bumi sudah menjadi planet yang berupa bola api menyala.

Ada tiga gambaran skenario yang dikembangkan para peneliti kosmologi. Yakni jika konstanta alam semesta tetap negatif, alam semesta akan mengalami keruntuhan besar di akhir siklus kehidupannya. Jika konstantanya positif atau tidak mencapai titik kritis, alam semesta akan terus memuai. Disamping itu, ada juga gambaran yang ekstrim. Misalnya saja teori yang dilontarkan Robert Caldwell dari departemen fisika dan astronomi di Darmouth College, AS, serta Marc Kamionkowski dan Nevin Weinberg dari institut teknologi California di Pasadena AS. Beberapa bulan lalu, ketiga pakar astrofisika itu melontarkan skenario yang disebut Big Rip, atau koyakan besar.

Dalam hal ini, energi gelap tetap memainkan peranan utama. Jika energi gelap tidak lagi mengikuti hukum konstanta alam semesta, dan bertindak sebagai materi liar yang dijuluki “Phantom Energy”, maka pemuaian alam semesta tidak berhenti atau konstan, akan tetapi justru dipercepat. Dengan percepatan yang terus meningkat, alam semesta ibaratnya dikoyak sampai menjadi bagian materinya yang terkecil. Kerapatan energi “phantom energy” pada akhir zaman alam semesta, menjadi tidak terbatas. Artinya, tidak ada yang dapat mengelak, semua benda langit, mulai dari galaksi besar sampai atom terkecil akan meledak.

Kapan akhir zaman atau kiamat alam semesta itu akan terjadi? Apakah dapat diramalkan? Berdasarkan perhitungan konstanta alam semesta Einstein dan konstanta Hubble, yang saat ini besarnya 70 kilometer per detik dan Megaparsec, masih tersisa waktu 53 milyar tahun sampai tibanya Big Rip. Skenario yang lebih ekstrim dilontarkan astronom Pedro Gonzalez-Diaz dari pusat penelitian alam semesta di Madrid. Ia memperkirakan Big Rip akan terjadi sekitar 22 milyar tahun mendatang. Satu milyar tahun sebelum terjadinya koyakan besar, awan galaksi akan tercerai berai. Tiga bulan sebelum koyakan besar, juga lubang hitam akan tercerai berai.

Tigapuluh menit sebelum koyakan besar, semua benda langit makroskopis akan meledak. Namun pusat persemaian pemusnahan alam semesta belum sepenuhnya mengembang. Baru pada saat limit menjelang koyakan besar, semua inti atom terpecah menjadi partikel elementernya, Proton dan Neutron. Setelah itu semua hukum fisika yang dikenal, mungkin memainkan peranannya. Diperkirakan akan tercipta partikel secara spontan, terbentuknya dimensi ekstra seperti string yang eksotis atau efek gravitasi kuantum. Jika masih ada yang dapat mengamati, alam semesta akan terus mengecil sampai menjadi sebuah titik, kata Caldwell dengan singkat.

Jelas Caldwell hanya bercanda. Sebab sampai sekitar 20 milyar tahun mendatang, diyakini umat manusia di Bumi sudah musnah. Namun juga tidak ada yang mengetahui, apakah aksioma baru itu juga akan terbukti. Yang jelas perhitungan astronomi menunjukan, skenario itu dapat saja terjadi. Kalau materi gelap melakukan percepatan yang terus meningkat, hingga menjadi “phantom energy” maka skenario koyakan besar dapat terjadi.

Namun belum diketahui, alam semesta nantinya akan memasuki tahapan akhir mana? Apakah terkoyak, runtuh atau terus mengembang tanpa akhir? Semua skenario mungkin saja terjadi. Apakah nanti semua fase itu akan kembali mengarah ke dentuman besar yang baru, juga masih diteliti dan dihitung oleh para ahli. Yang jelas, manusia tidak berdaya mencegah datangnya kiamat alam semesta semacam itu. Manusia hanya dapat menghitung, memperkirakan, menarik aksioma dan meramalkan. Besaran waktu alam semesta, memang terlalu panjang dan absurd untuk ukuran kehidupan manusia yang amat singkat.

Meskipun tulisan di atas lebih banyak unsur spekulasinya, dimana konstanta alam semesta menjadi negatif dan BigRip masih 53 milyar tahun yad, namun tidak ada salahnya diingat. Toh sebenarnya, yang menjelaskan dan yang ingin tahu adalah sama: sama – sama tidak tahunya.

Benarkah Big Bang Merupakan Ledakan?


Menurut sains, Big Bang merupakan penjelasan terbaik awal mula semesta. Menurut teori, Big Bang merupakan ledakan. Benarkah?

Menurut teori, semesta awalnya jauh lebih panas dan lebih padat dibanding saat ini. Seiring berjalannya waktu, semesta makin dingin dan meluas.

Meski teori ini terdengar seolah alam semesta dimulai dari ledakan raksasa, banyak ilmuwan mengatakan hal itu bukan bagian dari teori.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1Skfn181y1y23JMuJWR28ph8Tay2xSW2rSa6RAP-Fawnz4Rjf6sURBwnCqdY37rtLh-vW211dBmX2NOO3prnMUpOSKUNK3KIjd6glnAZ_RqDCx-tMREPIteynd3o5Lkj4jm8Bcs5_Jkc/s1600/bigbang2.jpg
Teori Big Bang

Ledakan menyiratkan adanya sesuatu yang meledak, atau diperluas, dari satu titik pusat ke ruang angkasa luar. Bahkan, teori Big Bang menunjukkan, ruang angkasa itu sendiri meluas.

"Jika itu benar ledakan, maka akan terdapat pusat,” kata fisikawan dan Direktur Princeton Centre for Theoretical Science Universitas Princeton, Paul Steinhardt.

Kami menemukan, segalanya bergerak saling menjauh, ini perluasan semesta, lanjutnya.

Alih-alih memiliki pusat, ilmuwan menyatakan ruang angkasa meluas ke berbagai arah dengan ukuran sama. “Ruang angkasa bukan sesuatu yang diam, sesuatu terjadi di dalamnya. Angkasa sangat dinamis,” kata ahli fisika teori University of California Andreas Albrecht.

Meskipun begitu, beberapa orang bertanya apa ada ledakan semantik. "Dimulai pada 10-40 derajat, dan ukurannya berlipat ganda tiap fraksinya, tiap fraksi kecil di tiap detik. Saya rasa itu bisa disebut ledakan," kata Albrecht.

Namun, hal itu memiliki fitur berbeda dari ledakan bom di padang pasir, lanjutnya.

Aspek lain dari teori yang membingungkan ini adalah, gagasan saat terjadinya Big Bang, alam semesta berada dalam satu titik, sebuah singularitas suhu dan kepadatan tak terbatas.

Meski seperti itu kata teori, disitulah ilmuwan mengira teori Big Bang menjadi tak memadai. Ketidakterbatasan itu merupakan tanda-tanda matematika telah gagal menggambarkan semesta.

Untuk memahami apa yang terjadi, ilmuwan butuh teori dasar yang lebih baik dari fisika yang dapat menggabungkan deskripsi saat mekanika kuantum sangat kecil dengan relativitas umum sangat besar.

Hingga kini, dua teori itu tak terdamaikan, dan terbentur teori Big Bang.

Tags: Benarkah Big Bang Merupakan Ledakan?, Apakah Benarkah Big Bang Merupakan Ledakan?, Teori big bang

Waktu Mungkin Akan Berhenti 5 Milyar Tahun Depan

Sebelumnya, teori mengatakan bahwa waktu itu tak terbatas, akan tetapi teori baru mengatakan sebaliknya. Sejauh yang bisa dikatakan para astrofisikawan, alam semesta mengembang dengan kecepatan tinggi dan cenderung akan tetap demikian untuk jangka waktu yang tak terbatas. Akan tetapi sekarang beberapa fisikawan mengatakan bahwa teori ini yang disebut "pengembangan abadi" dan implikasinya bahwa waktu tak ada akhirnya, merupakan suatu masalah bagi para ilmuwan untuk mengkalkulasi probabilitas setiap kejadian.

Dalam makalah baru, mereka mengkalkulasi bahwa waktu cenderung akan berhenti dalam 5 milyar tahun mendatang yang disebabkan oleh sejenis malapetaka yang tak ada satupun hidup pada waktu itu untuk menyaksian kejadian tersebut.

Para fisikawan yakni Raphael Bousso dari Universitas California, Berkeley, bersama rekan-rekannya mempublikasikan makalah yang berisi rincian teori mereka di arXiv.org. Dalam makalah tersebut, mereka menjelaskan bahwa pada suatu alam semesta abadi, kejadian-kejadian yang paling mustahil pun akhirnya akan terjadi, dan tak hanya terjadi tapi terjadi dalam jumlah yang tak terbatas. Oleh karena probabilitas atau peluang diartikan dalam lingkup kelimpahan relatif kejadian-kejadian, maka tak ada gunanya menentukan tiap probabilitas karena setiap kejadian akan cenderung terjadi dengan sama.

"Jika memang terjadi di alam, pengembangan abadi memiliki implikasi-implikasi yang luar biasa besar," seperti yang ditulis Bousso dan rekan-rekannya dalam makalah mereka. "Tipe kejadian atau peristiwa apa pun yang memiliki probabilitas yang tidak bernilai nol, akan terjadi banyak kali secara tak terbatas, biasanya pada wilayah-wilayah terpisah yang tetap selamanya di luar hubungan sebab. Hal ini meruntuhkan dasar prediksi-prediksi probabilistik eksperimen-eksperimen yang dilakukan dalam dunia sehari-hari. Apabila secara tak terbatas banyak orang di seluruh alam semesta memenangkan undian, pada bidang apa seseorang masih bisa mengklaim bahwa memenangkan undian itu mustahil? Pastinya ada juga banyak orang yang tidak menang undian, tapi dalam pengertian apa jumlah mereka lebih banyak? Dalam eksperimen-eksperimen sehari-hari seperti mengikuti undian, kita memiliki aturan-aturan jelas untuk membuat prediksi-prediksi dan menguji teori-teori. Akan tetapi jika alam semesta mengembang selamanya, kita tak lagi mengetahui mengapa aturan-aturan ini berfungsi.

"Untuk melihat bahwa hal ini bukanlah semata-mata merupakan maksud filosofis, hal tersebut membantu mempertimbangkan eksperimen-eksperimen kosmologis di mana aturan-aturan tersebut agak kurang jelas. Sebagai contoh, seseorang ingin memprediksi atau menjelaskan keistimewaan Latar Gelombang Mikro Kosmik, atau teori lebih dari satu vakum, seseorang mungkin ingin memprediksi sifat-sifat terduga dari vakum tersebut yang kita ketahui sendiri, seperti massa Higgs. Hal ini memerlukan komputasi jumlah relatif observasi-observasi nilai-nilai berbeda massa Higgs tersebut, atau langit Latar Gelombang Mikro Kosmik. Akan ada banyak contoh-contoh tak terbatas setiap pengamatan yang mungkin dilakukan, jadi apa itu probabilitas? Hal ini dikenal sebagai "masalah pengukuran" pengembangan abadi."

Para fisikawan menjelaskan bahwa satu solusi terhadap masalah ini ialah untuk menyimpulkan bahwa waktu pada akhirnya akan berhenti. Maka akan ada jumlah terbatas peristiwa yang terjadi di mana kejadian-kejadian mustahil terjadi lebih sedikit daripada kejadian-kejadian yang mungkin.

Pemilihan waktu "penghentian" ini akan mengartikan rangkaian kejadian-kejadian yang diperkenankan. Oleh karena itu para fisikawan mencoba mengkalkulasi kemungkinan kapan waktu akan berhenti yang menghasilkan lima pengukuran penghentian berbeda. Pada dua dari lima skenario ini, waktu memiliki 50% peluang berhenti dalam waktu 3,7 milyar tahun. Pada dua skenario lainnya, waktu memiliki 50% peluang untuk berhenti dalam 3,3 milyar tahun.

Pada skenario kelima yang merupakan skenario terakhir, skala waktu sangat singkat (dalam urutan waktu Planck). Pada skenario ini, para ilmuwan mengkalkulasi bahwa "waktu akan sangat besar cenderung berhenti pada detik berikutnya." Untungnya, kalkulasi ini memprediksikan bahwa kebanyakan orang adalah "bayi-bayi Boltzmann" yang timbul dari gejolak-gejolak kuantum pada permulaan alam semesta. Oleh karena kebanyakan dari kita bukan "bayi-bayi" tersebut, para fisikawan bisa mengeluarkan skenario ini (sudah pasti).

Bagaimana akhir waktu tersebut seperti yang dirasakan oleh orang-orang pada waktu itu? Sebagaimana yang dijelaskan oleh para fisikawan, orang-orang tersebut tak akan pernah mengetahuinya. "Orang-orang pada masa itu akan tak terelakkan berada dalam penghentian sebelum menyaksikan kematian semua sistem lainnya," seperti yang ditulis oleh para ilmuwan. Mereka membandingkan batas penghentian waktu tersebut dengan ufuk lubang hitam.

"Batas tersebut dapat diperlakukan sebagai suatu obyek dengan sifat-sifat fisik termasuk temperatur," menurut para fisikawan dalam makalah mereka. "Sistem-sistem materi yang bertemu dengan akhir waktu di termalisasi di ufuk ini. Hal ini mirip dengan gambaran orang yang berada di luar tentang suatu sistem materi yang jatuh ke dalam sebuah lubang hitam. Namun, hal yang sangat baru ialah pernyataan bahwa kita mungkin mengalami termalisasi pada waktu melewati ufuk lubang hitam." Sekalipun begitu termalisasi "sistem materi" tetap saja tak akan menemukan sesuatu yang tak biasa ketika melewati ufuk ini.

Bagi mereka yang merasa tak nyaman terhadap berhentinya waktu, para fisikawan memperhatikan bahwa ada solusi-solusi lain untuk mengukur masalah tersebut. Mereka tidak mengklaim bahwa kesimpulan mereka bahwa waktu akan berhenti itu benar, hanya hal tersebut secara logika mengikuti dari suatu rangkaian asumsi. Jadi mungkin salah satu dari ketiga asumsi yang menggarisbawahi kesimpulan itu malahan tidak benar.

Asumsi yang pertama ialah bahwa alam semesta itu sedang mengembang selamanya, yang merupakan konsekuensi relativitas umum dan sangat didukung oleh bukti eksperimental yang diamati selama ini. Asumsi kedua ialah bahwa definisi probabilitas didasarkan pada frekwensi relatif suatu kejadian, atau apa yang disebut oleh para ilmuwan sebagai asumsi tipikalitas. Asumsi ketiga ialah bahwa jika waktu ruang memang tak terbatas, maka satu-satunya cara untuk menentukan probablitas suatu kejadian ialah membatasi atensi seseorang kepada suatu bagian terbatas dari alam-alam semesta yang tak terbatas. Beberapa fisikawan lainnya memperhatikan alternatif-alternatif asumsi ketiga ini.

Apapun yang terjadi dalam 3,7 milyar tahun mendatang, makalah Bousso dan rekan-rekannya mungkin akan menimbulkan bermacam-macam reaksi dalam waktu dekat ini.

Setidaknya kita bisa melihat garis besar dari informasi ini.

10 Planet Baru yang Aneh dan Unik


Alam semesta tidak ada habisnya untuk dijelajahi dan dipelajari. Pada tahun 1990, para ilmuwan menemukan sejumlah planet baru yang aneh dan unik di luar tata surya (exoplanet). planet-planet tersebut sangat beragam. Mulai dari planet api, planet berukuran raksasa, planet  berbatu, planet  yang tidak memiliki bintang, dan banyak lagi. Hingga kini, penemuan exoplanet mencapai 230 planet. Berikut adalah daftar sepuluh exoplanet 2009 versi Space.com



1. Sang Kuda Api




Planet 51 Pegasi b adalah exoplanet pertama yang ditemukan para pemburu planet pada 1990. planet mirip Jupiter, namun bertemperatur panas ini diberi julukan Bellerphon, pahlawan mitos Yunani yang menjinakkan kuda bersayap Pegasus. Pemberian julukan tersebut berdasarkan gugus bintang Pegasus, lokasi planet itu.


2. Tetangga Terdekat Bumi



Berjarak hanya 10,5 tahun cahaya, Epsilon Eridani b adalah exoplanet terdekat dengan bumi. planet tersebut mengorbit jauh dari bintangnya sehingga air atau kehidupan mustahil ada.

3. planet Tanpa bintang

Terdapat sejumlah exoplanet yang memiliki bintang atau Matahari lebih dari satu, bahkan hingga memiliki tiga Matahari. Lain halnya dengan Planemos. planet tersebut hanya "mengambang" begitu saja tanpa mengitari bintang apa pun.


4. Si Gesit

Planet SWEEPS-10 hanya berjarak 740.000 mil dari bintangnya. Saking dekatnya, planet yang disebut ultra-short-period planets (USPPs) itu hanya membutuhkan waktu kurang dari satu hari untuk mengorbit. Satu tahun di sana sama dengan sepuluh jam di bumi.

5. Dunia Api dan Es

Planet ini "terkunci" pada bintangnya, sama seperti Bulan yang selalu menjadi satelit bumi. Jadi, satu sisi dari planet Upsilon Andromeda b selalu menghadap ke sana. Posisi ini menciptakan temperatur paling tinggi yang sejauh ini diketahui para astronom. Satu sisi planet sangat panas bagai lahar, sedangkan sisi lainnya bertemperatur sangat dingin.


6. Cincin Raksasa

Planet yang mengorbit pada bintang Coku Tau 4 ini adalah exoplanet termuda yang berumur kurang dari satu juta tahun. Para astronom mendeteksi keberadaan planet ini dari lubang besar dari cincin planet tersebut. Lubang tersebut berukuran sepuluh kali lebih besar dari bumi.


7. Si Tua Bangka

Planet tertua yang juga disebut primeval world ini berumur kurang lebih 12,7 miliar tahun. Para ilmuwan menduga planet tersebut terbentuk delapan miliar tahun silam sebelum bumi terwujud dan hanya berselisih dua miliar tahun dari kejadian Big Bang. Penemuan ini menimbulkan wacana bahwa kehidupan mungkin terjadi lebih awal dari yang diduga selama ini.




8. planet yang Menyusut

Serupa dengan SWEEPS-10, planet HD209458b mengorbit sangat dekat dengan bintangnya sehingga atmosfer planet tersebut tersapu oleh angin stellar. Sejumlah ilmuwan mengestimasi planet tersebut kehilangan sepuluh ribu ton material setiap detiknya. Pada akhirnya, mungkin hanya inti dari planet itu yang akan tersisa.



9. Si Atmosfir Tebal


Planet HD 189733b adalah planet pertama yang atmosfernya "tercium" oleh para ilmuwan. Dengan menganalisis cahaya dari sistem bintang planet itu, astronom mengatakan atmosfir planet tersebut tertutup oleh semacam kabut tebal serupa dengan butiran pasir. Sayangnya, air tidak terdeteksi di planet tersebut. Namun, pemburu planet menduga ada kehidupan di balik kabut tebal itu.


10. Kembaran Bumi?

Gliese 581 C adalah exoplanet yang saat ini banyak menarik perhatian para ilmuwan di seluruh dunia. Pasalnya, planet terkecil di luar sistem tata surya ini berada di "zona aman". Artinya, planet ini terletak tidak terlalu jauh maupun terlalu dekat dengan bintangnya, sama seperti posisi bumi kita dengan Matahari. Penemuan ini menaikkan probabilitas terdapat air atau bahkan kehidupan di sana. planet ini 50 persen lebih besar dan lima kali lebih masif dari bumi.


Mungkinkah ada kehidupan lain di luar sana? Para ilmuwan mengatakan dapat lebih menguak hal tersebut pada tahun 2013, saat pengerjaan teleskop berteknologi tinggi bernama James Webb Space Telescope (JWST)